Lalu saya kembali ke daerah asal saya, Bengkulu. Saya pikir tidak akan ada yang menjual bubur ayam, ternyata salah, tapi ntah kenapa rasanya tidak senikmat yang mang-mang di Bandung jual, walaupun yang jualan ngakunya juga dari Bandung.
Sampai akhirnya saya bisa disebut sebagai pelanggan bubur ayam yang ada tidak jauh dari tempat tinggal saya. Penjualnya membuka kios di tempat tinggalnya, bersih, buburnya komplit, ditambah ceker, telur dan mping, tanpa ada perbedaan harga. Kalau lagi kepengen sekali, saya pasti kesana setiap minggu pagi.
Saya perhatikan pembelinya cukup ramai, dan kemudian harganya mulai dinaikan seriring dengan kenaikan harga BBM. Kemudian mereka pindah tempat, saya pun tetap ke sana karena masih tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Saya pun tetap maklum begitu harganya kembali naik, mungkin karena tempat yang sekarang lebih besar. Tapi makin ke sini, makin mengecewakan buat saya. Harga kembali naik tapi ceker ditiadakan. Walaupun ada, harganya berbeda. Terakhir makan di sana saya kembali dibuat kecewa dengan pelayanannya. Masa, kerupuk dan sambal diberikan yang sudah diplastik... lebih baik dibungkus saja kalau begitu...
No comments:
Post a Comment