Indadish
I am not food lover, I am just curious of food
Wednesday, November 19, 2014
Friday, September 20, 2013
Eating for Healing
Sebagai anti rindu terhadap makanan-makanan di kampung halaman, saya mencoba beberapa makanan yang menjadi favorit saya...
(es) duren |
lontong padang |
pempek panggang |
mie pangsit |
lemang ketan dan tapai |
sate padang |
bubur ayam |
model dan tekwan |
pempek |
soto padang |
lotek |
spageti dan jus semangka |
nasi goreng |
Monday, July 15, 2013
Sebelum Puasa...
Menjelang pengumuman kapan pastinya puasa,
saya mencoba beberapa menu yang belum pernah saya coba,
dan yang pernah saya coba tapi pengen lagi.
Warung Lela: Lele sarang burung dan juice yoghurt |
Lokasi:
Jl. Dipati Ukur dekat kampus UNPAD, ada wifi-nya.
CIZZ: Tiramisu, Mix Fruit, dan Chocolate |
Lokasi:
Jl.
Laswi, tidak jauh dari perempatang Jl. Laswi, Jl. Ahmad Yani, dan Jl.
R.E. Martadinata (Riau). tempatnya mungil, tapi tersedia tempat kalau
mau makan di sana.
|
Bakmi RAOS: Bakmi Spesial |
Lokasi:
Jl. Lengkong Besar, tidak jauh dari gang Jl. Paledang, di palangnya tertulis dulunya buka di Jl.
Kejaksaan, dan di menunya ada tulisan "tidak membuka cabang di mana
pun". Yang punya orang China, awalnya ragu, tapi tempo hari dan tidak
beberapa lama ketika sedang makan ada ibu-ibu berjilbab yang juga makan
di sini. Halalll..
Elizabeth: Baso tahu kuah dan cendol |
Lokasi:
Jl. Otto Iskandardinata (Otista), sebelahan sama toko sepatu dan tas Elizabeth,
dan deket banget sama terminal angkot Tega Lega. Perasaan, dulu cendolnya ada potongan nangkanya, sekarang tidak ada lagi.
Sunday, July 7, 2013
Burger Blenger
Sebenarnya sudah lama dengar tentang kelezatan burger blenger dari liputan di TV, tapi karena tidak begitu suka dengan makanan ala barat, saya tidak begitu penasaran dengan jenis makanan ini.
Tapi, fenomena burger ini semakin sering saya baca dan tonton, ditambah dalam setahun ini ada beberapa teman yang sering menyebut-nyebut tentang makanan ini. Akhirnya, saya berniat mencoba apabila ada kesempatan ke Jakarta. Saya hanya tahu bahwa burger ini hanya ada di ibukota.
Begitu tahu ada kesempatang, sebelum pergi saya searching di mana saja outlet burger Blenger itu berada, dan makin membulatkan tekad setelah membaca testimoni orang-orang yang telah mencobanya, khususnya tentang banyaknya mayonnaise-nya. Dan saya memutuskan yang paling gampang dicapai adalah di daerah Barito, sekitaran Blok M.
Selasa, 2 Juli 2013, akhirnya, setelah bertanya beberapa kali, saya menemukan outletnya, dan langsung mencoba 2 menu sekaligus, sekalian untuk bekal pulang ke Bandung.
Lokasinya ada di Jalan Lamandau IV No. 16-18. Dari Blok M Plaza, yang ada di depan Taman Martha Tiahahu Blok M, jalan sampai bundaran yang ada patung tangannya, masuk ke Jl. Barito dengan patokan Hotel Grand Mahakam, lalu masuk ke jalan yang ada di belakang hotel itu. Di sana ada Jl. Lamandau III, tapi kemarin ada yang bilang jauh kalau dari jalan ini dan saya disuruh masuk lewat Jl. Mendawai I, dari sini tinggal jalan lurus saja sampai mentok ke Jl. Lamandau IV yang bersimpangan dengan Jl. Mendawai. Dari persimpangan langsung belok kiri karena outletnya langsung bisa terlihat.
Sebenarnya bisa saja sih naik ojek, tapi saya lebih suka mencarinya dengan berjalan kaki, supaya bisa tahu jalan. Apalagi daerah situ kan terkenal, dan dulunya adalah daerah gaul anak Jakarta.
Outlet Blenge Burger |
Cheese Burger @Rp16.000 |
Cheesy Dog @Rp16.000 |
Saya suka rotinya, karena lembut dan langsung putus ketika digigit, dagingnya juga tebal dan renyah, dan saosnya memang banyak. TAPI... tetap, saya belum menjadikan burger dan hotdog sebagai makanan favorit, karena pada dasarnya saya kurang menyukai roti yang isinya daging-dagingan atau sayur-sayuran.
Wednesday, December 28, 2011
@ Chat n Dine BIM
Sunday, December 4, 2011
Sunday, December 27, 2009
Bubur Ayam Langganan yang Mengecewakan...
Saya mengenal bubur ayam ketika kuliah di Bandung dan saya sakit radang pencernaan sehingga harus makin yang lembut-lembut. Sejak itu saya jadi menyukai bubur ayam, padahal sebelumnya saya tidak suka karena tampilannya yang... you knowlah... (loyak-loyak gimana...).
Lalu saya kembali ke daerah asal saya, Bengkulu. Saya pikir tidak akan ada yang menjual bubur ayam, ternyata salah, tapi ntah kenapa rasanya tidak senikmat yang mang-mang di Bandung jual, walaupun yang jualan ngakunya juga dari Bandung.
Sampai akhirnya saya bisa disebut sebagai pelanggan bubur ayam yang ada tidak jauh dari tempat tinggal saya. Penjualnya membuka kios di tempat tinggalnya, bersih, buburnya komplit, ditambah ceker, telur dan mping, tanpa ada perbedaan harga. Kalau lagi kepengen sekali, saya pasti kesana setiap minggu pagi.
Saya perhatikan pembelinya cukup ramai, dan kemudian harganya mulai dinaikan seriring dengan kenaikan harga BBM. Kemudian mereka pindah tempat, saya pun tetap ke sana karena masih tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Saya pun tetap maklum begitu harganya kembali naik, mungkin karena tempat yang sekarang lebih besar. Tapi makin ke sini, makin mengecewakan buat saya. Harga kembali naik tapi ceker ditiadakan. Walaupun ada, harganya berbeda. Terakhir makan di sana saya kembali dibuat kecewa dengan pelayanannya. Masa, kerupuk dan sambal diberikan yang sudah diplastik... lebih baik dibungkus saja kalau begitu...
Lalu saya kembali ke daerah asal saya, Bengkulu. Saya pikir tidak akan ada yang menjual bubur ayam, ternyata salah, tapi ntah kenapa rasanya tidak senikmat yang mang-mang di Bandung jual, walaupun yang jualan ngakunya juga dari Bandung.
Sampai akhirnya saya bisa disebut sebagai pelanggan bubur ayam yang ada tidak jauh dari tempat tinggal saya. Penjualnya membuka kios di tempat tinggalnya, bersih, buburnya komplit, ditambah ceker, telur dan mping, tanpa ada perbedaan harga. Kalau lagi kepengen sekali, saya pasti kesana setiap minggu pagi.
Saya perhatikan pembelinya cukup ramai, dan kemudian harganya mulai dinaikan seriring dengan kenaikan harga BBM. Kemudian mereka pindah tempat, saya pun tetap ke sana karena masih tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Saya pun tetap maklum begitu harganya kembali naik, mungkin karena tempat yang sekarang lebih besar. Tapi makin ke sini, makin mengecewakan buat saya. Harga kembali naik tapi ceker ditiadakan. Walaupun ada, harganya berbeda. Terakhir makan di sana saya kembali dibuat kecewa dengan pelayanannya. Masa, kerupuk dan sambal diberikan yang sudah diplastik... lebih baik dibungkus saja kalau begitu...
Subscribe to:
Posts (Atom)